Kamis, 24 November 2016

Reality




Aku mungkin yang menganggap semua ini terlalu berlebihan, mungkin hanya aku yang menganggap itu adalah sebuah kepedulian, tapi faktanya aku salah, kamu memang seperti itu, tidak hanya perduli denganku, kamu juga perduli dengan siapa saja. Hanya aku yang menganggap ini semua istimewa namun ternyata sebaliknya. Cerita di siang hari ini membuatku takut, aku memang tak pernah berkata-kata aku hanya mampu jadi pengamat dan akan menganalisanya sendiri. Ketika asumsi ku mengatakan bahwa aku lah yang terlalu berharap aku jadi terluka, sangat terluka. Beginilah hatiku yang terlalu mudah untuk membuka hati kepada siapa saja. Aku tidak ingin seperti ini terus, aku tidak mampu jika hatiku akan terluka sekali lagi. Mungkin aku tidak mau mencoba, mungkin karena kepercayaan diriku terlalu rendah aku tidak mampu melanjutkan semua ini. Berbagai kesempatan telah aku coba untuk tetap bisa berhubungan denganmu, namun apa? Aku Cuma mampu tersenyum miris sekali. Mungkin Tuhan tau ketika aku terlalu berharap kepada makhluknya Dia tidak akan mengabulkan harapanku.

#Prisse

Hurt




Apakah semuanya bisa sama seperti semula jika aku mengatakan apa yang aku pendam? Jika kamu bisa menjamin itu aku akan berterus terang. Banyak hal yang aku fikirkan, sebab-sebab aku tidak mampu menunjukkan cinta yang terpendam. Aku bukan mereka yang dengan gampangnya meminta bantuan padamu. Aku hanyalah mahasiswi baru. Apalah aku dibandingkan dengan mereka yang sudah kenal kamu lebih lama. Apalah aku yang tidak tau apa-apa tentangmu. Aku hanya tau kalau kamu berasal dari daerah yang sama dengan keluarga ibuku. Aku hanya tau kamu sedang semester 3, aku hanya tau kamu yang paling mudah tersenyum. Tapi sekarang aku baru tau kalau kamu memang baik dengan semua orang, aku baru tau kamu ramah dengan mereka semua. Sebatas itu, namun ternyata itu cukup menyakitkan. Kukira perlakuanmu itu berbeda ketika bersamaku. Aku kira perhatianmu hanya tertuju padaku. Tapi aku salah besar! Aku salah menganggap itu istimewa. Nyatanya itu hanya membuat ku lebih terluka.

#Prisse

Kamu



KAMU

Mendeskripsikan tentangmu itu sangat menyenangkan, kenapa aku bilang begitu? Karena setiap aku menuangkannya dalam sebuah tulisan aku pasti membayangkanmu terlebih dahulu. Kamu tinggi, kurus, berambut ikal dan memiliki senyum yang menawan. Tutur katamu dan perilakumu lah yang menarik rasa ini. Aku tidak pernah meminta untuk menjatuhkan hati dan pilihanku kepadamu. Namun mungkin karena hatiku yang terlalu mudah untuk ditaklukan hanya dengan sebuah obrolan singkat yang mungkin bagimu itu tidak berkesan apa-apa. Tapi entah kenapa tiba-tiba semua itu hadir dengan sendirinya. Kalau aku bisa meminta biarlah rasa ini tetap tumbuh dan terjaga, aku tidak memintamu untuk bersama-sama denganku. Aku hanya meminta kita tetap seperti ini, sebagai teman, sebagai rekan kerja, sebagai senior dan junior. Aku tidak mau menunjukkan apa yang aku rasakan. Aku terlalu pemalu, aku ingin seperti dia, mereka yang dengan gampangnya mengajakmu berbicara tanpa pernah terbebani sedikitpun, mungkin itu yang membedakan ketika sesorang mempunya rasa sayang tersendiri dia akan canggung untuk berdekatan. Tapi anehnya, aku malu namun aku ingin. Aku malu untuk bertegur denganmu dulu namun aku ingin selalu terlihat dalam pandanganmu. Suatu ketika kesempatan muncul akhir-akhir ini. Aku mencoba peruntungan itu, supaya apa? Supaya aku bisa terus berkomunikasi. Setidaknya hanya ber hai- hai pun aku sudah puas. Sekedar mengulas senyum pun aku sudah gembira. Rasa yang aku miliki memang sederhana, aku mampu menyimpannya sendiri. Hanya dengan curhatan dalam sebuah tulisan aku sudah lega, aku sudah menceritakannya kepadamu, benda yang mampu menampung semua yang aku ingin ceritakan. Aku tidak butuh sahabat untuk berbagi masalah ini. Cukup dengan ini.

#Prisse